STUDIUM GENERALE, FKIP – UNIVERSITAS TERBUKA
Kegiatan Studium Generale, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka (FKIP UT), dilaksanakan tanggal 2 April 2022, dilaksanakan secara daring
Diawali dengan mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne UT, lalu dilanjutkan dengan Laporan Ketua Penyelenggara yang disampaikan oleh Dekan FKIP UT, Dr. Ucu Rahayu, M.Sc.
Dekan FKIP menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan pertama di tahun 2022. Seiring dengan pemberlakuan kurikulum prototype secara bertahap di seluruh wilayah Indonesia, sebagai alternatif kurikulum dan sebagai respon terhadap dampak pembelajaran yang berlangsung pada masa pandemi covid 19 serta dipercaya dapat mendukung pemulihan pembelajaran pasca covid 19 mendorong FKIP UT menyelenggarakan Studium Generale dengan tema Penerapan Kurikulum Persekolahan/Prototype Dalam Peningkatan Kompetensi Pendidik
Mahasiswa FKIP UT yang saat ini berjumlah sekitar 130.000 yang juga merupakan guru-guru di satuan Pendidikan Sekolah Dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas, yang tersebar di seluruh tanah air, tentunya perlu memahami, menyikapi dan mengimplementasikan kurikulum prototype ini.
Mahasiswa FKIP yang merupakan pendidik harus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya, agar capaian pembelajaran lulusan di satuan pendidikan masing-masing dapat tercapai. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai ajang untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan peningkatan atmosfir akademik di kalangan civitas academika FKIP UT
Dekan FKIP juga menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa program sarjana dan pascasarjana FKIP UT. Lebih dari 900 mahasiswa mengikuti Studium Generale melalui zoom dan lebih dari 1000 mahasiswa mengikuti melalui UT TV, selain juga dihadiri oleh para dosen FKIP. Beliau berharap mahasiswa FKIP UT dapat menimba manfaar dan ilmu pengetahuan dari studium generale ini, sehingga tidak ada kecanggungan atau ketidakpahaman pada saat menerapkan kurikulum prototype. “Tak ada gading yang tak retak”, mohon maaf atas ketidaksempurnaan dalam penyelenggaraan kegiatan ini, demikian Dekan FKIP UT mengakhiri laporannya
Selanjutnya, sambutan Rektor UT sekaligus membuka secara resmi kegiatan Studium Generale dengan menyatakan bahwa pemberlakuan kurikulum baru di persekolahan sebagai respon terhadap dampak pembelajaran yang berlangsung pada masa covid 19. Kurikulum prototype dipercaya dapat mendukung pemulihan pembelajaran pasca covid 19. Selama ini banyak keluhan dari masyarakat, orangtua, para siswa dan para guru. Sering disebutkan oleh Mendikbud tentang Learning Lost yang terjadi di masa ini, harus bisa diatasi sebaik-baiknya agar masyarakat, siswa, guru dan orangtua memiliki kesempatan dan kemampuan untuk meningkatkan kompetensi yang terkait dengan internet dan komputer (literasi digital).
Lebih jauh beliau menegaskan bahwa hybrid learning dan online pedagogy merupakan tren pendidikan masa depan yang sadar atau tidak sadar semuanya dipaksa untuk update meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman agar dapat menyelenggarakan pembelajaran secara efektif dengan memanfaatkan teknologi informasi. Seiring dengan pemberlakuan kurikulum prototype, bagi para pendidik dituntut untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, professional, kompetensi sosial dan kepribadiannya, agar tujuan dari pemberlakuan kurikulum prototype ini dapat terwujud. Sehubungan dengan hal tersebut, sangat tepat, jika FKIP UT menyelenggarakan Stadium Generale untuk para mahasiswa UT, demikian Rektor UT mengakhiri sambutannya
Selanjutnya, paparan materi dari Dirjen GTK, Dr. Iwan Syahrir, PhD, menyampaikan bahwa kurikulum merdeka platform merdeka mengajar merupakan bagian episode ke lima belas dari merdeka belajar, sebagai solusi menghadapi krisis pembelajaran di Indonesia yang telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun, terjadi sebelum pandemi dan terdistruksi dengan pandemi
Menurut studi Programme for International Student Assessment (PISA) atau Program Penilaian Pelajar Internasional, yang menunjukan bahwa masih banyak siswa di Indonesia belum mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang siginifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Sekitar 70% siswa usia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Sedangkan kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar, setelah pandemi, krisis belajar ini semakin parah
Krisis pembelajaran diperparah oleh pandemi covid 19 dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss), untuk literasi learning loss setara dengan 6 bulan belajar, sedangkan untuk numerasi learning loss nya setara dengan 5 bulan belajar, ujar Dirjen GTK Kemdikbudristek, mengakhiri paparannya. Semoga bermanfaat
Acara berikutnya dilanjutkan dengan tanya jawab dan pemberian hadiah 6 buah powerbank berlogo UT yang diberikan kepada 6 mahasiswa yang memberikan pertanyaan terbaik kepada Narasumber pada sesi tanya jawab dan mahasiswa dengan skor tertinggi pada saat menjawab pertanyaan melalui aplikasi quizizz
MEMET CASMAT
Dosen Prodi Teknologi Pendidikan, FKIP Universitas Terbuka
#Menulis Caraku Mengikat Ilmu